Halo Sobat Petualang Cantik,
Sebagian dari kalian mungkin tahu betapa penting peran Bidan dalam melayani masyarakat. Bukan hanya membantu proses persalinan, tetapi mereka adalah akses terdekat dalam layanan kesehatan keluarga, terutama perempuan dan anak.
Seperti anak demam, kebanyakan masyarakat larinya ke Bidan tempat dimana dia melahirkan atau ibu-ibu yang mau konsultasi KB juga pergi ke Bidan. Selain biayanya lebih murah, bidan adalah tempat yang dekat dilingkungan mereka berada.
Sebagai mitra dalam mengawal kesehatan perempuan sepanjang siklus kehidupan, bidan merupakan ujung tombak bagi optimalisasi 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Karena itu apa yang disampaikan bidan kepada masyarakat menduduki peranan penting dalam proses edukasi gizi dan kesehatan keluarga.
Kalian tahu kan, tingkat literasi gizi masyarakat di Indonesia rendah sekali. Edukasi gizi dari sumber-sumber kredibel masing minim. Kelihatan deh pokoknya dari pola-pola pengasuhan dan pemberian makan pada anak. Mereka lebih percaya orangtua terdahulu, padahal masih banyak yang salah. Selain itu mereka percaya dengan iklan-iklan produk pangan yang menyesatkan.
Kesalahan pengasuhan anak pada masa 1000 HPK akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang dan kualitas anak dimasa produktifnya kelak. Salah satunya terlihat dari bagaimana pemahaman masyarakat terhadap produk susu kelatan manis. Susu kaleng yang mereka kenal bukanlah susu untuk balita, melainkan hanya sekedar toping. Namun, kenyataannya masih banyak orangtua yang memberikannya pada balitanya, sedih dan ngenes kalau lihat itu.
Saya sangat salut dengan yang dilakukan oleh YAICI, PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU. Mereka tidak pernah bosan memberikan perhatiannya pada anak-anak yang menjadi cikal bakal generasi emas dimasa depan. Mereka melakukan penelitian terkait pengunaan susu kental manis bagi balita ( Bayi dibawah lima tahun) di 5 provinsi. Yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, NTT, Maluku.
Menurut hasil penelitian mereka ditemukan 1 dar 4 anak bayi dibawah lima tahun masih meminum susu kental manis setiap hari. Waduh, kok bisa jadi begitu sih? Apa penyebab mereka kasih susu kental manis pada balitanya? Ketidaktahuan kah? Faktor ekonomi kah? Atau ada hal lainnya? Sepertinya memang harus diselidiki.
Didapatkan fakta sebanyak 48% ibu mengakui mengetahui susu kental manis (SKM) sebagai minuman untuk anak adalah dari media, baik Televisi, Majalah/ Koran dan juga social media dan 16,5% mengatakan informasi tersebut didapat dari tenaga kesehatan.
Demi memperbaiki persepsi masyarakat, diperlukan komunikasi persuasif yang tepat agar dapat mempengaruhi orang untuk mengubah perilaku mereka kea rah yang positif. Memang sih, ini tidak mudah. Mengubah persepsi masyarakat yang sudah terlanjur salah mengenai SKM yang sejak 1 abad diiklankan sebagai minuman bergizi bagi anak butuh kerja ekstra. Ditambah masih ada tenaga kesehatan, salah satunya bida yang masih menginformasikan SKM adalah susu. waduh…kok bisa bidan menginformasikan hal seperti itu? Semoga kedepan ada edukasi juga buat para bidan ini.
Badan POM telah mengeluarkan Perka No.31 tahun 2018 terkait label dan iklan pada SKM, namun tidak lantas masyarakat paham dan tahu, apalagi masyarakat di pingiran atau di desa yang tidak terjangkau oleh akses informasi seperti media social. Hal ini juga disebabkan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun produsen.
Mungkin banyak yang tidak tahu akibat dari balita yang konsumsi SKM. Baiklah, berikut adalah penjelasannya :
- SKM banyak mengandung gula daripada susu, ini tidak baik buat kesehatan balita
- Tidak memiliki nutrisi dan tidak layak untuk memenuhi gizi harian balita
- Merusak gigi karena kandungan gula tinggi
- Timbulkan obesitas pada balita
- Pemicu diabetes pada balita dimasa pertumbuhannya
Nah, masih ingin memberikan balita SKM? Harusnya dihindari saja, masih banyak produk susu yang layak diberikan pada balita. Kasihan masa depannya jika kita abaikan masalah ini. Kita semua ingin generasi emas yang hidup dengan prestasi dan produktifitas yang tinggi demi membangun kehidupan keluarga yang sejahtera dan berguna bagi bangsa dan Negara.
Terima kasih sudah peduli akan masa depan anak-anak kita. Semoga ulasan ini bermanfaat bagi kita semua.
Salam cantik.
Lita Chan Lai
Nabilla DP
Mei 25, 2021wah baguss banget ini materinyaa.. perlu lebih banyak yang berani speak up tentang hal ini soalnya susu substitusi di indonesia ini udah banyak yang menyalahi kode etik terutama dalam hal marketingnya. seringkali membuat ibu bingung juga karena kampanyenya jadi bias gitu.
Bibi Titi Teliti
Mei 26, 2021Sejujurnya waktu anak2 masih bayi aku lebih cocok curhat ama bidan sih, berasanya lebih keibuan gituu
Tapi memang butuh edukasi buat seluruh bidan yah tentang SKM, jangan sampai ada informasi yang bias dan menyesatkan, karena kandungan gulanya banyak banget tuh.
Shyntako
Mei 26, 2021nah kebetulan, ibuku nih bidan dan sekarang sudah jadi dosen kebidanan mba, jadi aku sering bantuin mama prepare bahan kuliahnya, ternyata bidan pun diarahkan untuk mendukung Ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI eksklusif
Yuniari Nukti
Mei 27, 2021Entahlah ya saya nggak setuju dengan penyebutan SKM soalnya gak ada susunya. Mau bilang KM banyak yg gak tau dibilangnya Kilometer wkwk.. Tapi di masyarakat sudah dipercaya SKM itu susu. Bener yang dibilang mbak Lita, SKM itu cuma toping yang memiliki rasa manis dengan sensasi rasa tertentu
herva yulyanti
Mei 27, 2021Iya ngeri yang masih kasih SKM buat balitanya 🙁 tapi banyak berdalih dengan alasan ekonomi sih mba makanya pilih SKM saja..akupun jadiin SKM cuma toping buat bikin sop buah haha
Sovi Nur Wakhidah
Mei 27, 2021Penting banget edukasi tentang SKM ya, Mbak. Kayanya masih banyak juga nih buibu di desa yang kasih balitanya SKM. Padahal efeknya nggak bagus.