Yayasan Save The Children Kampanyekan Stop Pneumonia

by

Halo Sobat Petulang Cantik,

Pernah mendengar Pneumonia? Mungkin terasa asing di telinga kita. Tetapi bagi yang pernah memiliki anak, adik, saudara atau kerabat dekat yang punya pengalaman dengan Pneumonia tahu betul. Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan, itulah Pneumonia.

Pada Pneumonia, kantung udara bisa berisi cairan atau nanah. Infeksi dapat mengancam nyawa siapa pun, terutama pada bayi, anak-anak dan lansia di atas 65 tahun.  Ini mengakibatkan penderita mengalami sesak nafas, batuk berdahak, demam atau menggigil. Pneumonia di kenal dengan istilah paru-paru basah.

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak tertinggi di dunia. WHO memperkirakan bahwa penyakit ini menjadi pemicu 16% kematian pada anak-anak di bawah 5 tahun.

Baru-baru ini Kantor Berita Radio-KBR mengadakan kegiatan Diskusi Ruang Publik KBR dan Workshop di Halaman Museum Fatahillah Jakarta(18/8). Mengundang beberapa komunitas dengan narasumber :

  1. Selina Patta ( Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik Partner Of Save The Children)
  2. Madaleina Ramdhani Jasin, Sp. A ( Ikatan Dokter Anak Indonesia )
  3. Erna Mulati MSc. CMFM ( Direktur Kesehatan Keluarga – Kementerian Kesehatan RI)
  4. Windra Waworuntu M.Kes ( Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kementerian Kesehatan RI)
  5. Grace Melia ( Orang Tua dari Anak Survived Pneumonia (live by phone))

Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat menjadi sarana untuk memperluas pemberitaan tentang “Peluncuran Kampaye STOP Pneumonia Pada Anak”, yang di helat oleh Save The Children. Acara ini digelar dalam bentuk outdoor live event. Ada kompetisi Blogger dan Vlogger dengan hadiah kunjungan ke wilayah kerja Save The Children untuk 2 orang pemenang. Ada juga air talkshow dan streaming melalui program talkshow Ruang Publik KBR yang disiarkan di 100 radio jaringan KBR yang tersebar di seluruh nusantara dari Aceh hingga Papua dan 96.9 FM Waingapu, Sumba Timur, NTT.

Dalam kegiatan ini juga dibacakan kotak suara dari orang tua anak yang mengalami Pneumonia. Kita semua mendengarkan cerita dalam surat yang dibacakan tersebut.

Mama AR : Anak pertamanya yang berumur 3 tahun mengalamin batuk-batuk disertai demam. Mama AR mengira anak tersebut hanya batuk pilek saja. Sehingga tidak dibawa kedokter. Dua hari berselang, anak tersebut mulai bernafas dengan cepat seperti habis berlari-lari. Di Sumba jika mau kebawa anak ke dokter, harus melalui putusan keluarga besar karena itu diputuskan anak di bawa ke puskesmas yang jaraknya 15KM dari rumah. Mama Ar harus mencari tumpangan motor. Sampai di Puskesmas, petugas hanya memberikan obat Paracetamol saja. Sesampainya di rumah, kondisi anak semakin buruk, akhirnya si anak meninggal dunia. Mama AR dan keluarga tidak pernah tahu anaknya sakit apa.

Cerita berikutnya tidak jauh lokasinya, yaitu di Jakarta Utara. Berikut ceritanya :

Ibu SA : Mnedapati anak keduanya yang berusia 3 Tahun sudah dua hari ini badannya panas dan batuknya semakin menjadi. Pagi ini si anak bernafas cepat seperti baru saja berlari. Karena rumah mereka dekat dengan Puskesmas Ibu SA segera membawa anaknya berobat  dengan di temani suami. Dokter Puskesmas menanyakan apakah ada yang merokok di rumah? Jawabannya negative. Singkat cerita sianak di diagnosa menderita Pneumonia. Beberapa hari kemudian dokter dan petugas Puskesmas mengunjungi rumah Ibu SA. Setelah dilakukan observasi rupanya di dalam rumah memang tidak ada yang merokok. Tetapi kalau ibu dan bapaknya pergi bekerja, anak tersebut di titipkan ke rumah Pamannya yang merokok. Karena rumah ber-AC mereka jarang membuka jendela.

Dua cerita ini menggambarkan situasi real penyakit Pneumonia di Indonesia. Pneumonia penyakit yang tidak pandang bulu. Apakah orang kaya, orang miskin, ekonomi cukup atau tidak, pejabat atau orang awam. Dari kedua cerita di atas dapat kita simak bahwa Pneumonia bisa di cegah, apabila kita cepat sadar dan membawa si anak ke fasilitas kesehatan. Yang kedua adalah harus terdapat fasilitas kesehatan yang mudah dan dekat yang juga harus dilengkapi denganpetugas  kesehatan yang terlatih. Ketiga, faktor lingkungan, prilaku dan kebiasaan mempunyai  pengaruh besar terhadap kesehatan anak terutama yang menderita Pneumonia.

Fakta- fakta yang di Informasikan sangat mengerikan sekali. Setiap 1 menit dua balita meninggal akibat Pneumonia. Data dari Kemenkes menyebutkan 5 kematian balita, 1 diantaranya di sebabkan oleh Pneumonia. Setengah kematian anak, berhubungan dengan polusi udara terutama polusi dalam ruangan. (Polusi : bisa asap rokok, asap rumah tangga, asap kendaraan, atau debu). Menghentikan Pneumonia adalah aksi yang dapat kita lakukan bersama. Pemahaman Pneumonia harus di tingkat, agar kesadaran masyarakat terhadap Pneumonia juga meningkat. Paparan informasi ini di jelaskan oleh Ibu Selina Patta Sumbung – Ketua Yayasan Save The Children.

Tiga Dokter yang saya sebutkan di atas juga menjelaskan tentang Pneumonia itu sendiri. Berikut penjelasannya.

Dr. Madaleina Ramdhani Jasin, Sp. A menjelaskan Pneumonia itu adalah suatu kondisi penyakit yang mengenai paru-paru anak atau orang dewasa. (Tetapi pada acara hari ini mereka lebih fokus dengan Pneumonia pada anak). Pneumonia adalah infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur dan menyebabkan peradangan pada paru-paru anak sehingga anak menjadi susah bernafas, sesak, nafasnya jadi tidak enak dan itu dapat menyebabkan kematian.

“Pemahaman masyarakat tentang Pneumonia masih sangat kurang, padahal Pnuemonia adalah penyakit mematikan nomor 1 di Dunia dan nomor 2 di Indonesia. Jika masyarakat bisa mendeteksi dini pada Balitanya, kematian tersebut tidak terjadi” Kata Dr. Windra Waworuntu M.Kes.

Melanjutkan apa yang disampaikan oleh Dr. Windra Waworuntu M.Kes. mengenai deteksi dini pada anak. Jika anak sudah batuk, pilek dan nafas tersenggal-senggal, segera bawa ke Puskesmas terdekat.

Dr. Erna Mulati MSc. CMFM mengatakan bahwa peran keluarga itu sangat penting. Keluarga harus tahu apa itu Pneumonia, bahayanya, bagaimana cara mengenali secara dini, penyebabnya apa saja dan bagaimana cara perawatan dirumah apabila tidak mendapatkan perawatan dari fasilitas kesehatan.

Pemerintah memastikan memiliki kemampuan, bahwa pelayanan sesuai standar , baik itu di fasilitas kesehatan dasar maupun rujukan. Ini tergantung dari prilaku tenaga kesehatan itu sendiri, ketersediaan obat dan juga ketersediaan alat-alat kesehatan. Pemerintah memiliki regulasi yang meningkatkan kesehatan anak agar terhindar dari Pneumonia.

Minimal anak memiliki kekebalan terhadapan Pneumonia. Seperti kita ketahui bahwa ASI adalah salah satu kekebalan anak paling dasar yang diberikan oleh sang Ibu, kedua adalah Imunisasi. Pemerintah juga saat ini sedang memiliki regulasi atau SOP dimana anak-anak yang kekurangan gizi mendapatkan dukungan ASI.

Save The Children memiliki peranan melakukan Kampaye STOP Pneumonia Pada Anak di mulai 2019 sampai dengan 2021 sebagai wujud nyata menolong anak-anak Indonesia agar terhindar dari Pneumonia melalui program peningkatan kesadaran dan pengetahuan bahaya Pneumonia, Mobilisasi keterlibatan orangtua dan anak muda dan publik. Promosi pencegahan Pneumonia yang dilakukan dengan cara sederhana, mudah dan dekat, serta gampang di cerna dan dapat dilakukan dikehidupan kita sehari-hari dengan saran yang diberikan dari penjelasan para ketiga dokter tadi, yaitu :

  1. Pemberian dan Dukungan ASI
  2. Imunisasi lengkap pada anak
  3. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
  4. Stop Perokok dan menghilangkan polusi udara

Demikian penjelasan dari acara Diskusi Ruang Publik KBR dan Workshop di Halaman Museum Fatahillah Jakarta. Semoga bermanfaat dan mendapatkan informasi serta pengetahuan tentang Pneumonia, minimal kalian bisa mencegahnya jika itu terjadi pada keluarga.

 

 

Salam,

 

 

Lita Chan Lai

No Comments Yet.

What do you think?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *