Halo Petualang Cantik,
Ini adalah hari kedua saya berada di Semarang mengikuti rangkaian kegiatan Kemenkes. Pagi hari sudah berkumpul Blogger Kesehatan kemenkes RI untuk melakukan kunjungan ke Salatiga. Perjalanan yang memakan waktu selama dua jam dengan bus. Selama diperjalanan banyak pemandangan yang indah, pada sisi kanan dan kiri tampak pemandangan gunung. Sekarang sih enak, sudah ada jalan tol yang bikin perjalanan Semarang – Salatiga semakin cepat dan lancar.
Setibanya di Kecamatan Tingkir terlihat sebuah taman dengan pemandangan di belakangnya adalah Gunung Merbabu. Teman-teman banyak yang ingin segera berfoto di sana. Kami semua berada di wilayah kecamatan Tingkir. Kami disambut dengan suka cita oleh Ibu Camat Tingkir, Nunuk Dartini SpD, MSi. Dan beberapa jajarannya.
Kecamatan Tingkir merasa senang memiliki Puskesmas yang akan kami kunjungi. Puskesmas ini merupakan Puskesmas pilihan dari Kemenkes RI yang terkenal karena pelayanannya yang memiliki keunggulan berbeda dari Puskesmas lainnya. apa saja keunggulannya, kita lihat pemaparan dari Kepala Puskesmas Sidorejo Kidul, dr. Desi Vebriana Pananingrum.
Puskesmas Sidorejo Kidul memiliki SDM sebanyak 45 orang : dokter umum 4 orang, dokter gigi 2 orang, bidan 8 orang , perawat 8 orang, perawat gigi 4 orang, nutrisionist 2 orang, sanitarian 2 orang, asisten apoteker 3 orang, rekam medis 1 orang, analis laborat 2 orang, tata usaha 2 orang, petugas kebersihan 3 orang, penjaga malam 4 orang.
Saat ini Puskesmas Sidorejo Kidul sedang konsen pada kegiatan kelas ibu menyusui, karena di kecamatan Tingkir pencapaian ASI eklusif capaiannya masih rendah. Puskesmas Sidorejo Kidul juga ada Klinik Konseling yang menangani beberapa konseling seperti konseling gizi, konseling TB/Kusta, konseling sanitasi, dan konseling penyakit jiwa.
Sontak peserta yang hadir kaget dengan adanya konseling penyakit jiwa. Penyakit jiwa juga mendapat perhatian yang sama dengan penyakit lainnya. Dr Desi mengatakan bahwa penyakit jiwa termasuk program GERMAS. Tidak ada penyakit yang ditelantarkan oleh Pemerintah termasuk gangguan jiwa yang tersembunyi. Konseling gangguan jiwa dilakukan setiap hari senin di minggu pertama dan ketiga.
Ada lagi yang lebih menarik, di Puskesmas Sidorejo Kidul bisa melakukan screening HIV AIDS, dimana hasilnya akan hanya diketahui oleh pasien dan rahasianya sangat terjaga. LGBT atau LSL ( laki-laki Seks Laki-laki ) juga bisa diperiksakan di Puskesmas Sidorejo Kidul ini.
Kegiatan yang sedang digalakkan adalah Sabtu Sehat Tingkir , dilakukan pada minggu ke-empat setiap bulannya. Ada senam bersama pada hari sabtu sehat tersebut, lalu ada kegiatan pemerikasaan kesehatan seperti tes gula darah, tensi darah, screening HIV AIDS dan lain-lain.
Pada saat mengunjungi Puskesmas Sidorejo Kidul, kami benar-benar takjub dengan pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas Sidorejo Kidul. Beberapa blogger mencoba untuk memeriksakan kesehatannya termasuk screening HIV AIDS yang hasilnya akan di kirim ke alamat masing-masing. Pada saat kami berkunjung tidak banyak pasiennya sebab kami datang pada siang hari dimana pelayanan sudah banyak yang selesai.
Namun tidak menolak jika ada pasien yang butuh penanganan cepat, seperti pada saat kami datang adalah orang yang terkena cakul pada kakinya. Respon dari Puskesmas Sidorejo Kidul sangat cepat dan tanggap. Tidak salah jika Puskesmas Sidorejo Kidul menjadi Puskesmas pilihan, karena sudah seperti RS besar pelayanannya.
Selesai mengunjungi Puskesmas Sidorejo Kidul, kami beranjak menuju tempat lain untuk kami kunjungi. Ternyata kami tiba di DUVER. Apakah DUVER itu? Penasaran kan? Saya juga penasaran, hihihi. Tempatnya luas dan memiliki bangunan yang berada di dataran tinggi. Untuk menjelajahi keseluruhan lokasi DUVER harus memiliki fisik yang lumayan baik, karena saat saya dan teman-teman datang langsung diajak menaik lahan yang berjenjang dan panjang.
Ternyata DUVER adalah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. Lokasinya berada di Jl. Hasanudin 123 PO BOX 200 Salatiga. Tempat ini biasa di kunjungi oleh mahasiswa yang belajar dan melakukan penelitian, bisa juga sebagai wahana wisata ilmiah Vektor dan Reservoir Penyakit.
Tempat ini ada karena banyaknya angka penyakit yang bersumber dari binatang/zoonosis yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Saat ini binatang yang sedang dilakukan penelitian adalah Tikus, Nyamuk dan Kelelawar. DUVER juga menjadi pusat informasi, dokumentasi, display/peragaan ekologi dan biologi maupun pengendalian vektor dan reservoir penyakit.
Saya memulai keliling tempat penelitian binatang tikus dan kelelawar. Tikus merupakan binatang liar yang sangat sering kita temui di dirumah. Tidak banyak yang tahu kalau tikus ini membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada kita, hewan ternak atau hewan peliharaan.
Di Indonesia terdapat 34 genus dan 171 spesies tikus, di pulau jawa terdapat 10 genus dan 22 spesies. Dari jumlah tersebut 8 spesies telah dilaporkan sebagai reservoir penyakit. Saya sendiri berkesempatan untuk melihat jenis-jenis tikus yang sudah diawetkan kedalam toples berisi alkohol. Yang paling besar adalah tikus dari Timur Indonesia yaitu papua. Hampir sebesar badan kucing dan malah lebih besar dari itu. Saya melihatnya ngeri sekali. Dalam bayangannya saya seandainya melihat tikus itu hidup pasti saya akan berlari untuk menjauh.
Dalam ruangan tersebut ada juga jenis kelelawar yang sangat besar. Badannya hampir sama dengan burung elang. Kata petugas dalam ruangan tersebut, kelelawar ini biasa di buat makanan seperti rica-rica di daerah manado. Badannya yang besar membuat isi dagingnya seperti daging seekor ayam. Heemmm…kalau yang suka pasti sangat tergiur dengan rica-rica kelelawar ini.
Setelah selesai keliling dan melihat beberapa jenis tikus dan kelelawar koleksi DUVER, saatnya saya dan rombongan mendatangi tempat penelitian nyamuk. Dijelaskan oleh petugas disana bahwa Indonesia memiliki variasi spesies nyamuk yang cukup besar, 450 dari 2960 spesies yang tercata di seluruh dunia. Sampai saat ini di Indonesia telah terindetifikasi 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres yang berperan sebagai penular filariasis, 25 spesies Anopheles dilaporkan sebagai penular Malaria dan 2 spesies Aedes sebagai penular Demam Berdarah dan Chikungunya .
Di DUVER juga tempat untuk menguji bahan Inseksida yang dikeluarkan beberapa perusahaan di Indonesia. Jika sudah melalui pengujian dari DUVER, maka produk inseksida ini mendapatkan sertifikat lolos pengujian.
Senang sekali mendapatkan ilmu dan pengetahuan di DUVER ini. jadi tahu kalau nyamuk, tikus dan kelelawaran ada di bagian penelitian di sini. Akhirnya selesai juga kunjungan Blogger Kesehatan dari Kemenkes RI. Semoga kunjungan hari ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan buat kita semua. Amiin…
Alex Alfandianto
Juni 16, 2019Menginspirasi Kawan, perbanyak artikel yang seperti terus yaa, biar makin rame visitornya. Jangan lupa kunjungi blog saya Kawan, klik aja tulisan ini