Halo petualang cantik,
Kemarin saya sudah membuat reportase acara workshop bertemakan tentang “Revitalisasi Nilai Kejuangan Rakyat Luwu” dalam rangka memperingati 70 tahun perjuangan rakyat Luwu. Ada beberapa pesan yang saya ingat dari Anhar Gonggong (Sejarawan Indonesia), Ridwan Saidi (Ahli Sejarah dan Budayawan Betawi) dan Sejarawan Luwu Andi Anthon Pangerang, bahwa sejarah Luwu itu belum banyak yang tertulis. Banyak orang tidak tahu dengan sejarah Kedatuan Luwu makanya Anhar Gonngong mengatakan ini dalam wawancara saya dengannya bahwa “ Sejarah itu harus di tulis, apalagi banyak kampus seperti Hassanudin yang memiliki Fakultas Sastra dan sejarah”.
Sementara menurut Ridwan Saidi “ Sejarah mengenai Kedatuan Luwu belum banyak di kenal orang, sejarah Indonesia Timur belum dapat tempat dalam kitab-kitab sejarah di Indonesia. mereka asyik menggoreng-goreng sejarah Jawa yang kebanyakan itu bohong ”. lanjutnya lagi “ penulisan sejarah harus direkontruksi agar benar. Kita membuat hal-hal yang fiktif. Sriwijaya itu tidak pernah ada di Indonesia, Tarumanegara tidak pernah ada, kalingga tidak pernah ada, semua dihalau kitab sejarah lalu masuklah kesultanan-kesultanan Indonesia Timur, itu yang faktual”.
Berdasarkan hal tersebut dan kebetulan dari sejak lama saya tertarik dengan sejarah Luwu dan naskah I La Galigo makanya saya sangat tergelitik untuk membuat tulisan dari makalah yang saya dapatkan dari workshop ini. Kajiannya sangat menarik yang di ulas sendiri oleh Andi Anthon Pangerang ( Sejarawan Luwu). Berikut adalah ulasan yang saya tulis di blog saya. Dengan harapan semua orang membaca dan mengetahui sejarah dari Luwu.
GAMBARAN UMUM MENGENAI NASKAH I LA GALIGO (Sure’ Galigo)
Naskah I La galigo ( Sure’ Galigo) adalah nakah Mithologi mengenai asal usul raja-raja dari kedatuan Luwu. Diantara tiga kerajaan utama yang dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan dengan nama “Tellumpocco” atau “ Tiga Utama”, yaitu Luwu, Gowa dan Bone. Maka, kedatuan Luwu dianggap sebagai kerajaan paling sepuh. Kerajaan utama tersebut secara bergantian menjadi “Supra State” bagi kerajaan-kerajaan atau pusat-pusat politik yang pernah ada dalam sejarah Bugis, Makassar, Mandar, Toraja di Sulawesi Selatan.
Naskah I La galigo ( Sure’ Galigo) adalah naskah yang berbentuk prosa Lyric, berupa cerita berantai (Cyclus) yang terdiri dari sekitar 6000 halaman atau 300.000 bait (satu setengah kali) panjang naskah Master Piece dunia yaitu “Mahabrata”, atau lebih tebal dari naskah Odessey dan Elliad karangan Homerus.
KITLV (Knonklyk Institude For Talk Land and Volken Kunde) menyebutkan I La galigo ( Sure’ Galigo) sebagai “Th Biggest Literary Heritage Of The World” naskah terbesar warisan dunia. PBB secara resmi telah menetapkan I La galigo ( Sure’ Galigo) sebagai “Memory of The World”.
I La galigo ( Sure’ Galigo) dapat dipahami dari berbagai aspek. Andi Anthon Pangerang sendiri berusaha memahaminya dari tiga aspek yaitu :
1. Sebagai Naskah Mythologi Religius
2. Sebagai naskah Pra Sejarah
3. Sebagai Naskah Karya Sastra
Untuk ketiga aspek ini akan saya tulis dalam judul berbeda. Tidak saya bahas disini karena kupasannya terlalu panjang.
Dalam kesustraan Bugis I La galigo ( Sure’ Galigo) termasuk jenis sure yang dibedakan dengan “Lontara” yang dianggap bahasa literary. Sure lebih menekankan unsur keindahan. Masyarakat Bugis membedakan bahasa bugis sehari-hari dengan bahasa Bugis Lontara yang digunakan menulis kronik-kronik dan selanjutnya juga membedakannya dengan bahasa Bugis Galigo yang dianggap bahasa sastra. Selain itu dikenal bahasa Bugis Bisu yang digunakan oleh para pendeta-pendeta bisu dalam prosesi dan ritual adat dan juga dikenal bahasa Bugis Samparane yang dianggap bahasa mistik.
Adanya satuan lima suku kata yang membentuk larik memelihara irama (mentrum) saat membaca naskah sure’ Galigo serta berbagai aspeknya yang lain seperti yang telah disebutkan diatas secara sederhana, jelas bahwa naskah I La galigo ( Sure’ Galigo) adalah karya sastra yang mengutamakan seni dan keindahan dalam menyampaikan pesan-pesannya.
Demikian yang dapat saya sampaikan kepada petualang cantik, jelas ini menarik dan membuat saya ingin terus melanjutkan tulisan ini. Semoga semuanya tertarik untuk mengenal dan mengetahui sejarah yang ada di Sulawesi Selatan khususnya tentang Luwu dan naskah I La galigo ( Sure’ Galigo). Terima Kasih .
wawa
Januari 27, 2016Udah lama banget ngeh dg I La Galigo tp baru tau makna di baliknya..thx for sharing
Petualang Cantik
Januari 27, 2016Terima kasih mba wawa, sudah meninggalkan jejak di sini 🙂
Ghumi
Januari 27, 2016Ada yang pernah difilmkan?!?
Petualang Cantik
Januari 27, 2016Saya kurang tahu mas….
Petualang Cantik
Januari 28, 2016Setelah saya tanyakan ke teman, memang belum ada yang membuatkan filmnya.
Dulu pernah hampir di buat oleh WS Rendra, tapi gagal karena WS Rendra sudah lebih dulu meninggal dunia. Dan belum ada lagi orang yang melanjutkan pembuatan film ini.
Kalau untuk drama, desember lalu teman2 yang di jogja melakukan pentas drama kolosal. Baru itu saja…
dewitya
Januari 29, 2016baru tahu aku, thanks mba nambah ilmu lagi nih
Petualang Cantik
Januari 31, 2016terima kasih sudah meninggalkan jejak 🙂
cumilebay
Februari 2, 2016Luwu ini sulawesi tengahkan yaaa, yg di teluk tomini
Petualang Cantik
Februari 2, 2016Luwu termasuk wilayah sulawesi selatan. Seperti masamba, wotu, palopo, mangkutana dll.
Kalo di sulawesi tengah ada juga nama yg hampir mirip, yaitu Luwuk Banggai. Ada dalam sebuah pulau di sulteng.