Halo Petualang Cantik,
Kalian tahu kan betapa perempuan itu rawan terkena kanker payudara. Keluargaku dari bapak banyak yang bermasalah dengan payudaranya, kalau tidak ditangani lebih lanjut bakalan merambat menjadi tumor atau kanker. Mendengar namanya aja udah ngeri, apalagi kalau kita yang mengalami. Tapi herannya banyak perempuan yang tidak peduli dengan dirinya, sehingga mereka menjadi lengah dan lalai dalam menjaga kesehatan payudaranya.
Banyak perempuan yang tahu akan penyakitnya setelah menjadi parah. Sebelum-sebelumnya mereka tidak peduli bahkan tidak pernah mengecek keadaan payudaranya. Walaupun sebenarnya untuk mengecek payudara bisa di mulai dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), kalau ada yang mencurigai, atau ada tanda-tanda kita bisa melakukan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Secara Klinis). Ini yang akan menangani adalah dokter pada klinik yang kita kunjungi. Yang terpenting kenali perubahan payudara kita. Kalau kenapa-kenapa segera kunjungi dokter.
Nah, kebetulan Philips adakan Forum Diskusi dengan Tema “Lakukan SADANIS, Selamatkan Diri Sejak Dini”. Philips mengundang para pakar yang berkompeten membahas masalah ini. Seperti :
- dr. Samuel J Haryono, SpB(K) Spesialis Bedah Onkologi.
- Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, Direktur P2PTM Kemenkes RI
- Linda Gumelar, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI)
- Graece Tanus, Penyintas Kanker Selama 7 Tahun Terakhir
- Suryo Suwignjo, Presiden Direktur Philips Indonesia
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia yang diperingati setiap bulan Oktober. Pembahasan di mulai Pukul 14.00 wib bertempat di Clonclave, Jakarta Selatan.
Dialog diawali dengan sebuah pertanyaan tentang apa sih yang membuat malas melakukan pemeriksaan sejak dini? Dokter Samuel Bilang di karenakan “Malas”, dalam artian memang ketika tumbuh benjolan di payudara itu tidak terasa sakit, atau orang yang sudah 50 tahun keatas tidak mau merepotkan keluarganya, kemudian lifestyle kita yang tidak terjaga. Kadang untuk mawas dirinya sangat kurang buat kita, yang paling parah adalah ketidaktahuan mereka mengenai gejala atau tanda dari kanker itu sendiri. begitulah yang dikatakan Dokter Samuel dalam segi medis.
Kemudian dari segi pemerintah dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, Direktur P2PTM Kemenkes RI mengatakan “ Kesadaran masyarakat masih kurang, kemudian pemerintah berupaya untuk mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat dengan bantuan semua pihak. Ketakutan masyarakat harus untuk memeriksakan payudaranya harus dilenyapkan”
Linda Gumelar, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), menceritakan pengalamannya keliling Indonesia “ Ternyata sosialisasi kurang, mereka tidak paham, ibu usia 70 tahun mengatakan bahwa baru tahu tentang SADARI. Yang kedua Image dari kanker payudara sama dengan mati” dan itu juga dialami oleh ibu Linda saat dia divonis Kanker Payudara. Kemudian dikarenakan biaya mahal masyarakat enggan memeriksakan dirinya. satu lagi yang paling penting adalah edukasi tentang alat reproduksi harusnya di mulai sejak anak-anak SMP-SMA, sehingga tidak ada lagi ketidaktahuan mereka dalam menghadapi masalah kanker. Kalau diluar negeri penyakit kanker ini diketahui pada saat stadium awal, berbeda dengan di Indonesia, mereka rata-rata mengetahui pada stadium lanjut. Ini yang membuat semakin parahnya para penderita kanker payudara di Indonesia”.
Suryo Suwignjo, Presiden Direktur Philips Indonesia, berkomentar “ kita semua bukan tipe orang yang antisimpatik, kita ini tipe orang reaktif, jadi kalau belum kepepet banget maka kita tidak melakukan apa-apa. Faktor biaya ini yang menjadi kendala orang untuk memeriksakan dirinya. Kita sama-sama melakukan sosialisasi baik oleh kemenkes, yayasan dan kita semua. Kemudian mental para penderita yang berfikir lain tentang mahkotanya menjadi enggan untuk memeriksakan penyakitnya”.
Kanker adalah bagian dari penyakit tidak menular yang tingkat kematiannya nomor tiga tertinggi di Indonesia, pertama adalah darah tinggi dan kedua adalah jantung. Untuk kanker paling tinggi pada laki-laki adalah kanker paru dan usus. Untuk wanita adalah payudara dan kanker leher rahim. Kedua kanker pada pada wanita ini bisa diatasi bila kita mengikuti deteksi dini.
Pravelensi tertinggi untuk kanker pada wanita adalah kota Yogyakarta untuk provinsi adalah Jawa Tengah karena tingkat penduduknya sangat tinggi. Pembiayaan dari BPJS, kanker adalah nomor tiga terbanyak. satu dari delapan wanita memiliki sel kanker payudara yang akan berkembang di sepanjang hidupnya. Di Indonesia kanker payudara merupakan pembunuh nomor satu pada wanita. Data yang di sebutkan oleh Rumah sakit kanker Dharmais menyebutkan sebanyak 60%-70% penderita yang mencari perawatan telah berada pada stadium akhir, hal ini disebabkan karena masih banyak masyarakat yang enggan untuk melakukan pemeriksaan ke klinik dikarenakan takut jika mengetahui apabila positif terjangkit kanker, Padahal semakin dini tumor didiagnosa semakin besar pula kesempatan hidupnya.
Sebuah studi baru hasil investigasi Weill Cornell Medicine yang dipimpin oleh dr. Elisabeth Arleo, dipublikasikan pada bulan Agustus 2017 lalu, menunjukkan bahwa mamotrafi pada wanita berusia antara 40 sampai 80 tahun dapat mengurangi kematian akibat kanker payudara hingga 40%. dibandingkan dengan pemeriksaan yang direkomendasi oleh American Cancer Society dan US Preventive Services Task Force dapat menurunkan angka kematian hingga 23- 31% apabila pemeriksaan rutin yang dilakukan pada usia yang lebih lanjut.
Mamografi Philips MicroDose
Sebuah studi terhadap Mamografi MicroDose (dosis sinar x rendah) Philips tahun 2014 mengenai: “Pemeriksaan mamografi digital dengan teknik rnenghitung energi elektromagnetik atau photon counting: Dapatkah sebuah kinerja diagnostik direalisasikan pada mean glandular dose (MGD) rendah?”, memperlihatkan bahwa sistem Micropose philips memungkinkan pendeteksian small invasive cancers dan DCIS melewati yang diharapkan sesuai dengan acuan sistem di Eropa.
Secara teknis Microdose ini menggunakan detektor khusus yang mampu menghitung energi photon secara langsung menggunakan Photon counting detector (special detector) sehingga hanya Photon dengan energi level tertentu yang akan terkirim menembus jaringan payudara dan diterima oleh detektor, MicroDose juga memiliki kualitas pencitraan gambar yang sangat baik dengan dosis radiasi 50-60% lebih rendah dibanding mamografi DR yang lain
Graece Tanus, Penyintas Kanker Selama 7 Tahun Terakhir yang sudah dinyatakan bebas kanker, yuk kita simak pengalaman dia waktu terkena kanker payudara. Dia datang dengan ibundanya yang sama-sama survival cancer. Ibunda sudah berusia hampir 80 tahun mengalami 36x kemoterapy. 7 tahun yang lalu greace melakukan SADARI dan menemukan benjolan yang bikin di was-was. Langsung periksa ke dokter bedah dan melakukan USG. Disarankan untuk melakukan biopsi, pada saat itu dokter langsung vonis kanker stadium IV. Setelah banyak melakukan pemeriksaan, ternyata greace ada pada stadium IIB, langsung menjalani operasi.
Sejak tahu dirinya terkena kanker Greace menjadi tahu semua hal yang harus dilakukan demi mempertahankan hidupnya. Ternyata dengan memeriksa diri sedini mungkin penyakit kanker bisa di sembuhkan. Graece mengatakan bahwa kanker bukan akhir dari segalanya, asalkan mengikuti anjuran dokter dan memulai gaya hidup sehat. Dengan kanker greace merasa menjadi wanita paling sukses.
Nah, buat teman-teman yang lain ada baiknya sejak umur 30-40 tahun mulai hati-hati dan menjaga diri kita dengan pola hidup sehat, lakukan SADARI, jika ada tanda-tanda segera periksakan diri ke dokter.
What do you think?