Refleksi Setahun Pemerintahan Prabowo–Gibran: Dari Panggung Garuda TV ke Hati Anak Muda

by

Halo Sobat Petualang Cantik,

Siapa sangka hari ini, 20 Oktober 2025, saya bisa hadir di acara 1 tahun pemerintahan Prabowo-Gibran yang diadakan oleh Garuda TV. Lokasinya di ruang Auditorium Universitas Tarumanagara di Grogol, Jakarta Barat. Pas banget buat saya dan teman-teman blogger yang memang pengen “nge-blend” suasana anak muda kampus. Ya, kita hadir di antara mahasiswa-mahasiswa Untar yang wajahnya masih muda dan imut, jadi berasa “jadi mahasiswa lagi” walau sebentar.

Acara dimulai dengan suasana semangat, nyanyian nasional “Indonesia Raya” oleh paduan suara Untar, momen yang bikin semua berdiri, tepuk tangan, sedikit berasa bangga sebagai bagian dari generasi yang ngeliat perjalanan pemerintahan. Lalu tampil hiburan pembuka stand-up comedy oleh Cing Abdel yang sukses bikin kita tertawa terbahak-bahak. Suasana pun lebih rileks, akrab, bukan cuma formalitas pemerintahan.

Menteri yang tampil pertama adalah Yusril Ihza Mahendra (Menko Bidang Hukum, HAM, Imigrasi & Pemasyarakatan), beliau memaparkan seluruh kinerjanya selama 1 tahun.

Kemudian masuk ke talkshow utama, di mana sejumlah menteri dan pejabat hadir sebagai narasumber:

  • Dias Hendropriono (Wamen Lingkungan Hidup)
  • M. Iftitah Sulaiman (Menteri Transmigrasi)
  • Yassierli (Menteri Ketenagakerjaan)
  • Sherly Tjoanda (Gubernur Maluku Utara)

Setelah itu, pemaparan kinerja 1 tahun pemerintahan oleh Meutya Hafid (Menteri Komunikasi & Digital) dan Luhut Binsar P. (Ketua Dewan Ekonomi Nasional). Penampil terakhir yang menarik: Wihaji (Menteri Kependudukan & Pembangunan Keluarga / Kepala BKKBN) yang beliau angkat tema agak “nge-challenge” mindset anak muda tentang pernikahan dan keinginan punya anak.

Acara ditutup dengan penganugerahan “Piala Adhi Praya” kepada semua menteri dan pejabat yang hadir sebagai apresiasi atas kinerja mereka selama 1 tahun pemerintahan Prabowo-Gibran. Secara keseluruhan, inti acara ini menurut saya adalah merayakan sekaligus merenungi apa yang telah dicapai, sekaligus memperkuat komunikasi antara pemerintah dan publik melalui media seperti Garuda TV.

Inti pokok pembahasan pemaparan dan talkshow

Berikut ini rangkuman inti pembicaraan dari pemaparan dan talkshow dan pesan penting yang saya tangkap dari tiap narasumber:

1. Yusril Ihza Mahendra (Menko Hukum, HAM, Imigrasi & Pemasyarakatan)

Inti pokok: Bagaimana pemerintah dalam satu tahun ini memperkuat aspek hukum, HAM, imigrasi dan pemasyarakatan sebagai fondasi stabilitas negara. Bahwa tanpa kepastian hukum dan sistem imigrasi yang tertata, pembangunan ekonomi dan sosial akan sulit berjalan lancar.

Pesan yang saya tangkap: “Jangan hanya mengejar pembangunan fisik; pembangunan aturan, lembaga, perlindungan hak asasi manusia, dan sistem pemasyarakatan harus berjalan seiring.” Mungkin beliau menyampaikan bahwa kolaborasi antar kementerian penting agar aspek hukum tak tertinggal.

Highlight momen: Ketika beliau menekankan pentingnya integritas lembaga pemasyarakatan dan bagaimana upaya-reformasi narapidana menjadi bagian dari tata kelola pemerintahan yang modern

2. Dias Hendropriono (Wamen Lingkungan Hidup)

Inti pokok: Fokus pada isu lingkungan hidup  yang kini tidak hanya “opsional” tapi must-do. Dalam satu tahun pemerintahan ini, bagaimana kementeriannya telah merespons tantangan lingkungan seperti pengelolaan sampah, polusi, dan konservasi.

Pesan: “Lingkungan bukan hanya soal hutan dan sungai; tapi soal udara yang kita hirup, perkotaan yang kita tinggali, dan generasi mendatang,” begitu kira-kira. Beliau mengajak generasi muda (termasuk mahasiswa) untuk aktif dan aware.

Catatan saya: Karena banyak mahasiswa hadir, beliau semacam “mengundang” kita untuk jadi bagian dari solusi, bukan hanya penonton.

3. M. Iftitah Sulaiman (Menteri Transmigrasi)

Transmigrasi,  bagaimana redistribusi manusia, peluang, dan wilayah bisa jadi strategi pemerataan. Dalam satu tahun ini, tugas kementerian beliau adalah membuka akses-akses baru di wilayah terpencil dan memastikan warga memiliki pilihan tinggal dan berkarya.

Pesannya adalah: “Pemerataan bukan sekadar angka; tetapi kualitas hidup warga di daerah yang dulu kurang terjangkau,” demikian impression saya. Beliau mengingatkan bahwa pembangunan tak hanya di pusat kota, tapi di seluruh Indonesia.

Momen menarik, saat beliau menyebut bahwa generasi muda bisa menjadi agen perubahan di daerah transmigrasi bahwa mahasiswa jangan ragu “turun” ke lapangan.

4. Yassierli (Menteri Ketenagakerjaan)

Dunia kerja, generasi muda, kesempatan lapangan kerja, upah layak, dan bagaimana pemerintahan Prabowo Gibran dalam satu tahun ini sudah memperkuat program-kartu kerja, pelatihan vokasi, dan perlindungan pekerja.

Pesan: “Anak muda harus siap dengan kompetensi baru,” begitu kira-kira. Beliau menegaskan bahwa perubahan teknologi dan ekonomi global menuntut kita adaptif.

Catatan saya: Sebagai blogger dan “orang muda” juga hadir di acara ini, saya merasa pesan beliau sedikit “menyapa” saya — bahwa kita punya peran, bukan cuma sebagai konsumen konten tapi juga pelaku pasar kerja.

5. Sherly Tjoanda (Gubernur Maluku Utara)

Inti pokok: Perspektif daerah, bagaimana pemerintahan pusat memberi ruang dan dukungan kepada daerah-tertinggal seperti Maluku Utara untuk bangkit lewat infrastruktur, ekonomi, SDM. Gubernur hadir memberi sudut pandang bahwa “pemerintahan satu tahun” sudah mulai terasa di daerah, namun masih banyak jalan yang perlu dilalui.

Pesan: “Kita tidak boleh melupakan Indonesia luar Jawa,” tegas beliau. Bahwa generasi muda di daerah pun punya aspirasi besar dan harus dipupuk agar ikut dalam arus pembangunan nasional.

Momen: Saudara di kursi mahasiswa sempat tepuk tangan ketika beliau menyebut “mahasiswa bisa bantu social enterprise di daerah” terasa optimistis.

Pemaparan kinerja 1 tahun pemerintahan: Meutya Hafid & Luhut Binsar P.

Setelah talkshow, giliran pemaparan besar tentang capaian selama satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto & Gibran Rakabuming Raka disampaikan oleh Meutya Hafid (Menteri Komunikasi & Digital) dan Luhut Binsar P. (Ketua Dewan Ekonomi Nasional). Beberapa highlight yang saya catat:

Meutya Hafid menjelaskan bagaimana digitalisasi layanan publik dan komunikasi pemerintah ke masyarakat makin diperkuat. Bagaimana mahasiswa dan generasi muda harus siap dengan literasi digital, dan bagaimana media (seperti Garuda TV) jadi jembatan komunikasi antara pemerintah dan warga.

Luhut Binsar P. melakukan evaluasi ekonomi: pembangunan infrastruktur, percepatan ekonomi mikro/UMKM, investasi asing, dan bagaimana satu tahun ini pemerintahan berhasil menunjukkan “tanda-tanda” peningkatan meskipun tantangan global masih ada.

Keduanya menyampaikan pesan bahwa “hasil satu tahun” ini bukan akhir, tapi awal dari tahapan berikutnya generasi muda mesti ikut dalam gelombang kedua pembangunan.

Mindset anak muda soal punya anak

Penampilan terakhir dibuka oleh Wihaji, Menteri Kependudukan & Pembangunan Keluarga / Kepala BKKBN, yang mengangkat tema agak “unik” namun sangat penting, fenomena anak muda zaman sekarang yang ketika menikah tidak ingin mempunyai anak. Beliau mempertanyakan mindset ini, bahwa kalau generasi muda semakin memilih “tidak punya anak”, maka dinamika kependudukan, kualitas generasi, dan pembangunan keluarga akan mempunyai implikasi besar ke depan.

Pesannya: “Anak muda, kita harus berpikir ulang: keluarga dan anak bukan beban tapi investasi masa depan bangsa.”

“Pemerintahan ini ingin generasi yang tidak hanya ‘ada’ tetapi berkembang – oleh karena itu keluarga, anak, dan kualitas hidup jadi bagian dari visi pembangunan.”

Momen yang menyentuh: ketika beliau mengajak mahasiswa untuk “berbicara dengan orang tua Anda” dan melihat bahwa pilihan keluarga memang sangat berdampak ke negara, ke ekonomi, ke masyarakat.

Kesan menghadiri acara + mengapa “Piala Adhi Praya” penting

Sebagai blogger yang hadir, selain senang karena bisa “berbaur” dengan mahasiswa, saya merasakan beberapa hal:

Suasananya lebih dari formalitas pemerintahan: ada hiburan (stand-up), mahasiswa muda, suasana kampus, dan media yang aktif  membuat acara terasa lebih dekat, tidak kaku.

“Piala Adhi Praya” sendiri adalah simbol apresiasi dari Garuda TV kepada para menteri dan pejabat yang dianggap telah memberikan kontribusi dalam satu tahun pemerintahan. Menurut artikel resmi Garuda TV, acara ini sekaligus menjadi refleksi capaian pemerintahan Prabowo-Gibran.

Media seperti Garuda TV punya peran ganda: menyajikan informasi, memberi ruang apresiasi, sekaligus menjadi “jembatan” antara pemerintah dan masyarakat, ini terasa di acara tadi.

Saya merasa bahwa acara ini juga “mengajak” generasi muda: mahasiswa, blogger, anak zaman sekarang supaya tidak hanya pasif  tapi punya suara, punya keinginan, punya peran. Karena banyak narasumber dan menteri yang berbicara langsung ke kami, bukan sekadar untuk umum.

Beberapa kutipan yang menurut saya pas untuk disematkan :

“Pemerataan bukan sekadar angka; tetapi kualitas hidup warga di daerah yang dulu kurang terjangkau.”  M. Iftitah Sulaiman

“Anak muda harus siap dengan kompetensi baru.”  Yassierli

“Lingkungan bukan hanya soal hutan dan sungai; tapi soal udara yang kita hirup, perkotaan yang kita tinggali, dan generasi mendatang.”  Dias Hendropriono

“Anak muda, kita harus berpikir ulang: keluarga dan anak bukan beban tapi investasi masa depan bangsa.”  Wihaji

“Hasil satu tahun ini bukan akhir, tapi awal dari tahapan berikutnya.”  Meutya Hafid & Luhut Binsar P.

Jadi ya… pagi hingga siang tadi adalah pengalaman “campur aduk” yang menyenangkan, antara nostalgia kampus, suasana formal pemerintahan, dan kesempatan buat blogger seperti saya untuk berdiri di tengah generasi muda yang segar. Acara ini mengingatkan bahwa pembangunan negara bukan cuma soal fisik, tetapi banyak soal manusia hak asasi, kompetensi, keluarga, lingkungan, kesempatan.

Semoga melalui satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran yang diperingati melalui Piala Adhi Praya ini, kita sebagai generasi muda bisa lebih terlibat. Jangan cuma jadi penonton di tribun, tapi jadi pemain di lapangan. Dan mungkin, sebagai blogger saya akan terus mengamati bagaimana janji-janji, bagaimana capaian ini akan nyentuh kita semua, terutama di dunia kampus, media, dan masyarakat. Terima kasih!

 

Salam Cantik,

Lita Chan Lai

 

 

1 Response
  • Uniek Kaswarganti
    November 1, 2025

    Menyentuh juga yaa pernyataan yang berkaitan dengan punya anak tuh bukan beban. Masing2 orang memang memiliki perspektif tersendiri terkait hal itu, semoga saja komunikasi yang baik dengan keluarga bisa membantu pola pikir sesuai dengan ajaran agama.

What do you think?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *