Parara Minifest 2025: Sasqia, Boneka Jari, dan Cinta Pangan Lokal Nusantara

by

Halo Sobat Petualang Cantik,

Pagi itu, Jumat, 12 September 2025, aku sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju lokasi Parara Minifest 2025. Rencananya aku  berangkat sendirian dan akan menitipkan Sasqia kepada tantenya lebih dulu,agar aku bisa lebih fokus menikmati acara, karena festival ini banyak menampilkan produk, talkshow, hingga diskusi seputar pangan lokal dan isu keberlanjutan.

Namun, rencana kadang memang tidak selalu berjalan mulus. Sesampainya di rumah tante Sasqia (Adikku), ternyata rumah kosong. Aku sempat menunggu sebentar, berharap tantenya segera kembali, tapi waktu terasa sangat mepet. Akhirnya, dengan sedikit pasrah namun berusaha tetap positif, aku memutuskan untuk membawa Sasqia bersamaku. Dalam hati sempat ada keraguan, “Waduh, Sasqia bisa tenang ga ya selama acara berlangsung?”, kataku dalam hati.

Begitu tiba di lokasi, orang pertama yang aku temui adalah Andini. Kebetulan sekali, dia salah satu panitia acara. Aku langsung curhat tentang kondisiku yang membawa anak kecil, bisa ga ya? Alhamdulillah, ternyata Andini justru memberikan solusi yang membuatku lega.

“Mbak, mending ikut workshop bikin Boneka Jari aja. Pas untuk Sasqia,” katanya.

Wah, aku langsung semangat! Rasanya seperti nemu oase di tengah kebingungan.

Menuju Area Workshop Boneka Jari

Tanpa pikir panjang, aku segera mengajak Sasqia ke area workshop. Info dari panitia, acara dimulai pukul 11.30 WIB, sementara saat itu jam masih menunjukkan pukul 09.00 WIB. Artinya, kami punya waktu tunggu cukup lama.

Awalnya aku agak khawatir, apakah Sasqia akan bosan. Tapi ternyata di area workshop sudah tersedia arena bermain anak-anak. Ada mainan lempar bantal pasir , ada mainan edukatif dadu, bahkan beberapa aktivitas kecil yang bisa dicoba sambil menunggu.

Sasqia? Wah, dia justru lebih heboh daripada aku. Semua permainan dia jajal, semua anak di sekitar diajaknya berinteraksi. Dari yang malu-malu sampai yang antusias, semuanya ditarik untuk main bersama. Melihat dia begitu riang, aku jadi ikut merasa lega.

Workshop Boneka Jari Bersama Kak Salma

Saat waktu menunjukkan pukul 11.30, workshop pun dimulai. Ruangan mendadak penuh dengan tawa anak-anak. Beberapa peserta berasal dari Bait Qurani BSD, sementara yang lain datang bersama orangtua seperti aku.

Di depan, berdirilah seorang perempuan energik dengan senyum ramah: Kak Salma. Beliau adalah pendiri komunitas Juki & Friends, sekaligus pencipta karakter-karakter dongeng lucu yang jadi favorit anak-anak.

“Teman-teman, hari ini kita akan bikin Boneka Jari. Sebelum mulai, anak-anak diajak untuk berdoa. Kak Salma juga mengenalkan beberapa karakter binatang dalam sebuah buka berjudul Negeri Cermin.

Negeri Cermin adalah dunia imajinasi tempat para karakter ciptaan Kak Salma hidup. Ada Juki si Jerapah yang tinggi menjulang, Bob si Anjing, Risa si Rusa, Baya si Buaya, Unyu si Penyu, Tiki si Tikus, Elang, Ciki, dan masih banyak lagi.

Aku bisa lihat mata Sasqia berbinar saat Kak Salma menyebut nama-nama itu. Terlebih ketika dikenalkan dengan Unyu si Penyu. Entah kenapa, karakter penyu langsung jadi favoritnya hari itu.

Selain memperkenalkan Juki & Friends, Kak Salma juga memiliki Rumah Pohon Activity, pusat kegiatan yang ia dirikan. Di sana, anak-anak bisa mendengarkan dongeng, belajar membuat boneka jari, hingga bermain sambil mengasah kreativitas.

Menurutku, konsep seperti ini luar biasa penting di era sekarang. Anak-anak tidak hanya dijejali gadget atau tontonan pasif, tapi diajak berinteraksi, berimajinasi, sekaligus belajar nilai-nilai kehidupan lewat karakter-karakter unik.

Sasqia begitu antusias mengikuti setiap instruksi. Dengan tangannya yang kecil, ia mencoba membuat boneka jari sederhana. Kadang hasilnya miring, kadang tempelannya tidak pas, karena sulit untuk Sasqia yang masih berumur 3 tahun ini, akhirnya dia tidak lanjutkan, malah dia sibuk mencari temannya dengan semangat luar biasa. aku merasa momen itu benar-benar berharga.

Parara Minifest 2025: Lebih dari Sekadar Festival

Nah, setelah puas dengan workshop, aku akhirnya bisa lebih menelusuri Parara Minifest 2025. Tahun ini, acara digelar dengan tema #CareEatLove, sebuah ajakan untuk generasi muda agar merayakan dan mengapresiasi pangan lokal, budaya tradisi, serta produk komunitas adat.

Festival ini juga bertepatan dengan momentum Hari Pangan Sedunia 2025. Jadi wajar saja kalau acaranya terasa sangat relevan dan menyentuh isu-isu penting, seperti:

  • bagaimana membangun sistem pangan yang lebih adil,
  • bagaimana mendukung produsen lokal,
  • bagaimana menjaga keberlanjutan alam.

Lebih dari 16 komunitas lokal hadir memamerkan produk unggulan mereka. Ada yang menjual pangan sehat, ada yang membawa kerajinan tangan, ada juga yang menawarkan fesyen tradisional dengan sentuhan kontemporer.

Suasana Festival

Bayangkan sebuah ruang penuh warna: stand-stand kayu dihias kain tradisional, aroma makanan lokal yang menggoda, hingga suara riuh konsumen dan penjual.

Ada demo masak menggunakan bahan pangan lokal, ada talkshow yang mengulas pangan berkelanjutan, ada juga fashion show dengan busana tradisional yang dimodifikasi lebih modern. Sementara di sudut lain, ada workshop kreatif seperti yang aku dan Sasqia ikuti.

Tidak hanya itu, ada juga penampilan seni tradisi dan music performance yang membuat suasana semakin meriah. Rasanya, satu hari saja tidak cukup untuk benar-benar menikmati seluruh rangkaian acara. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, 12-13 September 2025.

Tujuan Besar Parara

Parara Minifest bukan hanya soal pameran. Ada misi besar yang ingin disampaikan:

  1. Membangun kesadaran publik agar lebih menghargai pangan lokal.
  2. Mendukung UMKM dan produsen lokal agar tetap bertahan dan berkembang.
  3. Menjaga tradisi budaya sekaligus memastikan kelestariannya di masa depan.

Menghubungkan komunitas adat dengan masyarakat urban, terutama generasi muda.

Aku pribadi merasa tujuan ini sangat penting. Selama ini, pangan lokal seringkali kalah pamor dibanding produk impor. Padahal, kualitasnya tidak kalah, bahkan lebih sehat dan lebih ramah lingkungan.

Tentang Parara

Tahukah kamu, Parara itu sebenarnya singkatan dari Panen Raya Nusantara. Inisiatif ini pertama kali digagas oleh beberapa LSM yang fokus pada isu keberlanjutan, salah satunya SLIMs (Sustainable Livelihoods Initiative and Models).

Sejak 2015, Parara rutin digelar sebagai festival dua tahunan. Jadi tahun ini, 2025, sudah satu dekade perjalanannya. Selama itu pula, Parara konsisten menjadi ruang temu antara komunitas lokal/masyarakat adat dengan publik luas.

Bagi komunitas lokal, festival ini jadi panggung untuk menunjukkan karya dan produk mereka. Bagi kita yang datang sebagai pengunjung, ini kesempatan untuk belajar, berinteraksi, sekaligus mendukung mereka.

Kalau dipikir-pikir, keputusanku membawa Sasqia ke Parara Minifest 2025 meski awalnya penuh keraguan ternyata jadi keputusan yang tepat.

Dari workshop boneka jari, Sasqia belajar banyak hal: kreativitas, keberanian berinteraksi, hingga mengenal karakter-karakter lucu yang mengajarkan nilai kehidupan. Dari festival secara keseluruhan, aku sendiri belajar bahwa isu pangan lokal bukan sekadar urusan makan, tapi juga soal identitas, keberlanjutan, dan masa depan.

Festival ini mengajarkan bahwa mendukung produk lokal itu bukan hanya soal membeli, tapi juga soal menjaga agar budaya dan tradisi tidak hilang ditelan zaman.

Parara Minifest 2025 memang bukan festival biasa. Di balik stand-stand penuh warna dan workshop kreatif, ada semangat besar untuk mengajak kita semua lebih peduli pada pangan lokal, tradisi, dan keberlanjutan.

Dan buatku pribadi, pengalaman kali ini semakin berkesan karena aku bisa melihatnya lewat mata seorang anak kecil bernama Sasqia. Bagaimana dia tertawa saat membuat boneka jari, bagaimana dia riang bermain, hingga bagaimana dia mengenal dunia imajinasi lewat tokoh Unyu si Penyu.

Aku jadi sadar, mungkin inilah inti dari Parara: bukan hanya membangun kesadaran orang dewasa, tapi juga menanamkan nilai pada generasi penerus sejak dini.

Kalau tahun depan atau dua tahun lagi Parara kembali digelar, aku tidak akan ragu untuk hadir lagi. Dan mungkin kali ini, aku akan lebih siap, bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuk memberikan pengalaman berharga lagi bagi Sasqia.

 

 

Salam Cantik,

 

Lita Chan Lai

 

 

 

No Comments Yet.

What do you think?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *