Tetra Pak Index 2017 : “Inovasi Kemasan Untuk Kaum Millenial”

by

Halo Petualang Cantik,

Baru-baru ini saya menghadiri acara yang di selenggarakan oleh Tetra Pak tentang hasil temuan perilaku konumen yang semakin mengalami perubahan dengan adanya Sosial Media pada tanggal 20 September 2017 di Fairmont Hotel, Jakarta.

Seperti yang kita ketahui, Tetra Pak adalah perusahaan global terkemuka yang bergerak dibidang pemprosesan dan pengemasan makanan dan minuman. Tetra Pak terus berinovasi untuk mengembangkan dan meyediakan produk yang aman, inovasi, dan berwawasan lingkungan gunak memenuhi kebutuhan ratusan juta orang di lebih dari 170 negara seluruh dunia. Memiliki 24.000 karyawan diseluruh dunia komit dengan motonya yaitu “ MELINDUNGI YANG BAIK”, tercermin dari visinya yaitu menhadirkan makanan dan minuman yang aman dan tersedia dimanapun juga.

Untuk itulah mengapa Tetra Pak peduli dengan perkembangan zaman yang semakin millenial di masyarakat. “ Pengguna internet di Indonesia didominasi oleh generasi millenial dan generasi Z. Generasi yang lahir di era digital dimana smartphone dan belanja online sudah menjadi bagian dari keseharian mereka. Penting bagi pemilik brand untuk memikirkan strategi yang tepat dalam mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Brand yang ingin terlibat dengan konsumen yang serba terhubung ini perlu memahami hal apa yang mendorong mereka dan bagaimana menciptakan pengalaman menarik bagi brand yang bissa dirasakan baik secara online dan offline”, ungkap Gabrielle Angraini, Communications Manager Tetra Pak Indonesia.

Berdasarkan hasil temuan Tetra Pak Index di dunia ini ada sekitar 3,6 Milyar conected konsumer. Siapa sih connected konsumer itu? Mereka itu adalah konsumer atau orang-orang yang melakukan pembelian dan beredar di dunia digital. Bukan hanya disosial media tapi juga di semua digital marcom. Kita juga tahu jumlah penduduk dunia kurang lebih sekitar 7, 5 milyar, artinya hampir setengahnya mereka udah terkoneksi satu sama lain dengan merek.

Mereka juga memiliki prilaku yang sangat spesifik, misalkan aja rata-rata mereka menghabiskan waktu online 4 jam. Hayo…siapa yang pernah melakukan lihat-lihat barang online sampai ber jam-jam. Kalau Indonesia emang sangat gencar banget tuh pertumbuhannya, kita semua kalau sudah buka instagram atau lapak pejualan online itu bisa sampai berjam-jam lho, tanpa di sadari. Iya kan?

Kalau melihat gaya belanja orang Indonesia yang sering belanja online, bukan karena banyaknya follower, influencer atau artis yang sering endorse produk, orang lebih yakin dengan barang kalau yang berpendapat ada pembeli yang udah merasakan produknya, atau review langsung dari konsumen. Dan brand sendiri akan membalas dengan senang kalau mendapatkan tanggapan positif atau negatif dari layanan yang mereka berikan. Hihi, saya juga akan komen bagus kalau produk yang saya beli mendapat pelayanan yang bagus.

Hasil temuan juga yang di sampaikan oleh Garielle adalah “ di China, hampir setiap orang memiliki 3 hape, jadi mereka memiliki nomor banyak. Jangankan di China, di Indonesia pun minimal memiliki dua hape atau paling tidak memiliki 2 sim card. Dan itu ketika hapenya banyak penetrasi mobilenya juga banyak”.

Ketika orang yang belanja online, mereka lebih percaya atau mendengar apa yang dikatakan oleh:

  1. teman dan keluarga, itu udah paling nomor satu yang bisa dipercaya.
  2. Review konsumen yang sudah pernah melakukan pembelian.
  3. Super Leader, adalah orang yang sering sekali menulis review-review mengenai produk dan merek. Sering juga kalau menulis sesuatu langsung share dan tag ke brandnya. Kalau dia suka, tidak suka atau kecewa dia akan tulis. Berharap brand tersebut akan menjawab.

Ketika kita akan membeli barang, umumnya kita melihat hasil review. Kalau dulu brand tawarkan produk dalam bentuk komunikasi linear, tapi beda dengan sekarang yang lebih pada hubungan networking.

Bicara sosial media, itu hal yang paling besar memegang peranannya. Di Indonesia Pengguna Facebook pun merajai masyarakat, kedua adalah Instagram dan Twitter. Tapi melihat pasar yang paling di sukai masyarakat adalah Instagram, karena kita bisa melihat barang hanya melalui hastag yang mudah dicari. Malahan produk yang kita inginkan lebih banyak pilihannya dari pada di reseller gerai atau toko-toko. Seperti produk-produk yang belum di jual di Indonesia, di toko online malah gampang dapatkannya.

Selain Tren bersosial media juga menumbuhkan banyak e-commerse. Ojek online pun bisa buat belanja seperti makanan, kirim barang dan lain-lain. Nanti tahun 2021, semua aktifitas bisa jadi dengan online. Makanya brand harus memiliki konsistensi keberadaan baik tampilan di Online maupun di toko atau pasar tradisional. Kemasan itu sangat berpengaruh lho. Nah, Tetra Pak sebagai penyedia kemasan harus juga memiliki andil terhadap produk dari brand rekanannya.

Tanpa kemasan yang bagus, orang tidak akan bisa melihat produk tersebut menarik untuk di beli. Makanya Tetra Pak selalu berinovasi. Seperti yang disampaikan oleh Wibisono, Marketing Director Tetra Pak Indonesia “ Desain kemasan merupakan cara efektif untuk membangun brand melalui pengalaman multi-sensorik”. Dia juga menambahkan “ Brand bisa memanfaatkan kemasan sebagai alat pemasaran utama untuk menarik perhatian konsumen. di Tetra Pak, kami menginisiasi penggunaan teknologi digital baru seperti augmented reality dalam kemasan kami untuk membantu brand memikat dan terhubung dengan konsumen generasi baru ini”.

 

Inilah hasil temuan dari Tetra Pak Index 2017 terangkum dalam LEMBAR FAKTA,  Tetra Pak adalah merk dagang milik Tetra Pak Group :

 

  1. Sebuah Dunia Penuh dengan Komentar Konsumen

 

Media digital, blog/forum dan media sosial sedang tumbuh pesat. Dalam dunia online dimana setiap orang memiliki suara, brand tidak dapat berkomunikasi secara lantang seorang diri. Mereka perlu terlibat secara proaktif, menumbuhkan konten buatan dari pengguna, belajar dari dan bermitra dengan blogger, dan memanfaatkan kekuatan Super Leaders untuk menyebarkan dan memperkuat pesan mereka.

 

  1. Mobile adalah Raja

 

Dunia online semakin mengarah ke mobile-sentris, terutama di pasar yang sedang berkembang, dengan seringkali melewatkan desktop begitu saja. Dapat mencontoh Cina yang cenderung maju dalam mempelajari tren terbaru. Brand perlu memulai strategi mobile-first, dimana sebenarnya Amerika Serikat sudah mulai beralih ke “mobile-only” untuk dapat mengimbangi tipe konsumen on-the-go.

 

  1. Kepercayaan, Sentimen, & Pengaruh

 

Dengan adanya kepercayaan dalam sebuah krisis, kosumen semakin mempercayai “orang-orang seperti kita” yang memiliki nilai, prioritas dan pandangan hidup yang mewakili mereka. Brand perlu menunjukkan bahwa konsumen juga memiliki ciri-ciri yang sama; untuk lebih transparan dan berbicara dengan kejujuran serta keaslian yang lebih besar, sambil memanfaatkan “sosok nyata” sebagai para pendukung brand. Masyarakat percaya bahwa perusahaan harus dapat memimpin dan berada di belakang konsumen untuk mendukung isu yang konsumen percaya.

 

  1. Segmentasi & Super Leaders

 

Perilaku online telah melampaui demografi konvensional dan memerlukan segmentasi konsumen baru. Kelompok paling aktif dan paling sosial dari semua konsumen yang terhubung adalah Super Leaders: pengadopsi paling awal, influencer dan trendsetter. Karena terkoneksi dengan baik dan sangat vokal, mereka bisa menjadi sumber terbaik untuk mengadvokasi brand maupun memberikan wawasan tentang pasar.

 

  1. Di mana & Bagaimana Caranya Untuk Terlibat

 

Super Leaders sangat terbuka terhadap engagement, di mana hampir setengahnya memiliki interaksi sehari-hari dengan brand di media sosial. Mereka sangat mengharapkan brand untuk menanggapi ulasan dan komentar mereka, yang sebagian besar cenderung didasarkan pada pengalaman positif. Respon semacam itu memiliki dampak yang sangat baik pada persepsi brand, dan menggarisbawahi pentingnya keterlibatan.

 

  1. Pentingnya Konsistensi

 

Seiring berkembangnya saluran-saluran komunikasi dan semakin banyak cara untuk berinteraksi dengan konsumen, brand perlu bekerja lebih keras untuk menciptakan pesan yang konsisten dan customer journey yang mulus ke beberapa medium. Ponsel semakin memberikan ‘perekat’ yang menghubungkan pengalaman “omnichannel” ini.

 

  1. Dari “Push” ke “Pull”

 

Sebagian besar Super Leaders mencari informasi setidaknya sekali dalam perjalanan pembelian mereka, terutama sebelum membeli yaitu sebanyak 81%. Media sosial memiliki peran yang kuat untuk dimainkan, namun situs brand “tradisional” tetap menjadi sumber informasi penting.

 

  1. In-store Masih Sangat Penting

 

Makanan dan minuman masih banyak dibeli secara offline dan pemasaran di dalam toko tetap harus diperhatikan untuk memasarkan produk. Peran digital juga penting di sini, yang dapat mempengaruhi lebih dari setengah dari semua pembelian di dalam toko.

 

  1. Kebangkitan E-commerce

 

E-commerce berkembang di seluruh penjuru dunia dan diperkirakan mencapai sekitar 10% dalam penjualan makanan pada tahun 2021. Hal ini menyebabkan gangguan pada rantai nilai, dengan pemain utama seperti Amazon yang menjanjikan lebih banyak inovasi yang akan datang. Dalam hal ini, ponsel semakin menguatkan posisinya dalam menjadi alat belanja pilihan di masa depan.

 

  1. Pentingnya Kemasan

 

Saat konsumen sekarang senang mencari pengalaman pribadi dari brand, paket digital yang unik, AR dan pencetakan khusus, maka hal ini memberikan peluang baru bagi brand untuk membangun engagement lebih dalam dengan konsumen, dan yang terpenting, dapat berhubungan langsung dengan konsumen melalui kemasan.

Nah, para petualang cantik udah paham kan apa yang dilakukan oleh Tetra Pak Index ini. Hasil dan kesimpulannya bisa di ketahui oleh semua masyarakat yang membutuhkan informasi ini lho. Mulai saat ini saya akan coba mengaplikasi semua temuan ini. Saya bisa memposisikan diri saya sebagai Super Leader, bukankah semua Blogger bisa lakukan hal ini? Yuk, sama-sama memulai dengan percaya diri.

No Comments Yet.

What do you think?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *