Halo Sobat Petualang Cantik,
Kalian pernah terbesit pertanyaan-pertanyaan mengenai kecantikan seorang wanita di muka bumi ini ngga sih? Semoga bukan hanya aku yang memiliki pikiran seperti itu. Seorang manusia yang terlahir sebagai wanita pastinya dikaruniakan sang pencipta dengan kecantikan yang berbeda-beda. Tergantung sudut pandang kita sebagai mahluk yang juga diciptakan oleh Tuhan. Yakinlah bahwa Tuhan menciptakan kita adalah sebaik-baik ciptaan dan pastinya memiliki maksud dan tujuan tertentu dariNya.
Konsep dan pandangan tentang kencantikan sejak awal diciptakannya manusia memiliki perubahan dari masa ke masa secara signifikan, itupun dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, zaman, agama, perkembangan sosial dan pandangan masyarakat.
Yuk, kita telusuri gambaran tentang bagaimana konsep kecantikan yang telah berkembang sepanjang sejarah dunia :
-
Masa Kuno
Di zaman kuno kecantikan sering dikaitkan dengan kesempurnaanfisik dan tubuh simetris, misalnya dalam kebudayaan Yunani kuno, Idealisasi kecantikan dapat ditemukan dalam bentuk patung dewa-dewi yang memiliki bentuk yang seimbang dan proposional.
-
Abad Pertengahan
Selama Abad Pertengahan, pandangan tentang kecantikan seringkali dipengaruhi oleh pandangan agama. Di masyarakat kebanyakan, kulit putih dianggap sebagai simbol kecantikan karena menandakan kelas sosial yang lebih tinggi dan kurang terpapar sinar matahari. Hal ini juga terkait dengan pekerjaan di luar ruangan, istilahnya yang kerja di dalam ruangan pasti kelas atas sementara yang kerja diluar ruangan adalah para budak-budak sahaya. Pada saat itu, beberapa praktik pemutihan kulit seperti bedak merkuri menjadi popular.
-
Periode Renaisans
Pada periode itu, keindahan lebih berfokus pada keindahan wajah dan dan tubuh manusia yang realistis dan lebih manusia daripada idealism Yunani kuno. Perempuan pada masa ini sering menggambarkan kecantikan dengan rambut wajah yang lembut, bibir merah, dan kulit yang cerah.
-
Abad 19
Pada abad ke-19, konsep kecantikan sering kali berhubungan dengan citra murni dan kesucian. Wanita Victoria sering tertekan pada kulit putih, bibir merah, dan ukuran pinggang yang sempit. Kecantikan di masa ini sering dianggap sebagai tanda kelas sosial dan perempuan sering mengorbankan kesehatan mereka dengan memakai korset yang ketat untuk mencapai ukuran pinggang yang dianggap ideal.
-
Abad 20
Nah, pandangan tentang kecantikan mulai beragam dan dinamis pada abad ke 20 ini. Era ini menyaksikan perubahan trend dan norma kecantikan yang berbeda di setiap dekadenya. Misalnya, pada tahun 1920-an, gaya Flapper menonjol dengan bibir merah cerah dan riasan mata tebal. Kemudian selama tahun 1960-an, tren “Hippie” menggemari tampilan natural dan bebas dari riasan yang berlebihan.
-
Masa Kontemporer
Pada zaman sekarang, pandangan tentang kecantikan semakin beragam dan inklusif. Ada lebih banyak apresiasi terhadap beragam tipe tubuh, warna kulit, bentuk wajah, dan fitur fisik lainnya. Gerakan body positif dan beauty inclusivity semakin berkembang, tekanan pentingnya menerima diri sendiri dan mencintai tubuh apa adanya. Industri kecantikan juga semakin menyadari pentingnya keragaman dalam setiap iklan dan kampanye mereka.
Sadar atau tidak sadar bahwa teknologi dan media sosial juga telah memainkan peran besar dalam merubah pandangan oraang tentang kecantikan. Dengan kemajuan teknologi, perangkat lunak pengeditan foto dan filter media sosial, persepsi tentang citra tubuh dan wajah yang “sempurna” dapat terdistorsi. Namun pada saat yang sama ada gerakan yang berkembang untuk menunjukkan kecantikan alami dan asli. Menghadirkan kembali kepercayaan diri tanpa memakai lapisan riasan dan filter yang berlebihan. Kecuali mungkin para penggemar filter di Tiktok atau para artis yang perlu polesan wajah untuk ditampilkan dalam televisi atau untuk masyarakat khalayak umum.
Begitupun pandangan kaum pria tentang konsep kecantikan wanita dapat bervariasi tergantung pada individu, budaya, dan latar belakang sosial. Sama seperti pandangan kaum wanita tentang kecantikan pria, pandangan kaum pria juga bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun, beberapa aspek yang sering kali menjadi perhatian dalam konsep kecantikan wanita dari sudut pandang kaum pria antara lain:
1. Penampilan fisik
Banyak pria menganggap penampilan fisik yang menarik sebagai aspek utama dalam konsep kecantikan wanita. Penilaian ini mencakup fitur wajah, tubuh yang sehat dan proporsional, serta gaya berpakaian yang menarik.
2. Kecantikan kulit
Kulit yang sehat, bersih, dan bercahaya sering kali dianggap menarik oleh banyak pria. Perawatan kulit yang baik, seperti menjaga kelembapan dan menghindari masalah kulit, dapat menjadi aspek penting dalam konsep kecantikan.
3. Senyum
Senyum yang tulus dan menawan sering dianggap sebagai daya tarik khusus bagi kaum pria. Senyum yang indah dan percaya diri dapat menambah nilai kecantikan seseorang.
4. Rambut
Gaya dan keadaan rambut juga merupakan pertimbangan dalam konsep kecantikan wanita bagi beberapa pria. Rambut yang sehat, terawat, dan sesuai dengan gaya kepribadian seseorang bisa menarik perhatian.
5. Karakter dan kepribadian
Bagi beberapa pria, kecantikan wanita juga terkait erat dengan karakter dan kepribadian. Sifat-sifat seperti kecerdasan, kepercayaan diri, dan kelembutan dapat mempengaruhi pandangan tentang kecantikan secara keseluruhan.
6. Gaya dan penampilan
Bagi beberapa pria, kreativitas dan keunikannya dalam gaya berpakaian dan tampilan fisik juga dapat menjadi daya tarik tersendiri.
Setiap individu memiliki preferensi dan pandangan yang berbeda tentang kecantikan wanita. Konsep kecantikan adalah hal yang relatif dan dapat berubah dari satu orang ke orang lainnya. Selain itu, semakin banyak pria yang menyadari pentingnya menerima kecantikan yang bervariasi dan unik dari setiap wanita. Yang menjadi catatan bahwa kita perlu menghargai keberagaman yang ada dalam konsep kecantikan wanita di dunia ini.
Apakah kalian punya mindset tersendiri akan kecantikan? Yuk kasih tambahan informasinya di kolom komentar. Supaya kita semua dapat pengetahuan tambahan dari kalian. Terima Kasih
Salam Cantik,
Lita Chan Lai
What do you think?