Larantuka, 28 Maret 2015 (sabtu)
Sudah 6 hari aku berada di Desa Belu Khering (Belugili) Kecamatan Lewolema Kabupaten Larantuka, Flores,NTT.
Alam yang begitu indah ada disetiap sudut Pulau Flores. Masyarakat ramah, rajin bergotong royong dan selalu bekerja sama. Mulai dari berkebun, upacara adat, penyambutan tamu dan hal apapun dilakukan secara bersama.
Ketua Adat dan Kepala Desa menjadi panutan masyarakat dengan komando yang selaras dari kedua pemimpin tersebut. Termasuk saat menerima kehadiran kami Tim Ekspedisi NKRI Bali-Nusa Tenggara. Mereka berkoordinasi dengan sigap sehingga masyarakat langsung menerima kami sebagai tamu agung dirumahnya. Kekompakkan mereka bisa diacungkan jempol.
Tim kami ( Sosial Budaya) terdiri 13 orang. 4 dari sipil, 4 dari TNI, 1 Polri dan 4 dari orang daerah yang berdomisili di Ende. Kami tidur terpencar di beberapa rumah masyarakat. Setiap kali akan berkumpul untuk koordinasi tugas yang akan kami lakukan, kami berkumpul di satu satu rumah masyarakat yang ditempati oleh anggota tim.
Siang hari kami sering main kerumah yang ditinggali oleh Pak Manto, Agus, Pak Peter dan Pak Jhon. Walaupun rumahnya sederhana, memiliki dinding dari papan kami merasa nyaman. Keluarga yang menempati rumah tersebut sangat ramah. Ada satu pohon yang rindang bikin kami betah nongkrong disana. Udara dan terik matahari yang menggigit membuat kami tidak betah terus-terusan berada dalam rumah.
Banyak hal yang memprihatinkan di Desa Belugili . Air bersih tidak mudah didapat. Harus tampung air di pancuran yang disediakan oleh pemerintah, lalu angkat kerumah masing-masing. Pancuran air bersih tersebut disediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap-tiap Rt.
Mereka menjaga dari tiap tetes air yang keluar dipancuran. Air yang keluar sangat kecil. butuh beberapa jam untuk memenuhi ember-ember mereka. Mulai subuh hingga tengah malam berjaga secara bergantian. Tiap tetesnya sangat berharga bagi mereka.
Air di bawa dengan cara menjunjung diatas kepala. Rumah mereka jauh dari pancuran air bersih. Karena wilayah RT disana tidak sama dengan yang ada di Jakarta. Rumah mereka agak berjauhan, alias tidak rapat. Kadang saat hujan turun , segera mereka menadangnya.
Desa yang mengandalkan hasil panen jambu mede ini tidak semua berekonomi baik. Panen yang didapat hanya 1 (satu) tahun sekali. Sudah itu mereka menunggu tahun berikutnya untuk panen. Agar menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, banyak yang berhutang pada tengkulak. Sehingga pada saat panen, hasilnya dipotong untuk membayar hutang-hutang mereka.
Jalanan buruk membuat mereka terisolir. Tdk ada pasar, Puskesmas , angkutan umum yang minim. Dan tepi laut yg berbatu sehingga masyarakat sulit utk melaut. Ada pasar kaget yang menggelar jualannya pada tiap sabtu. Tidak banyak yang dijual. Sehingga pilihan kebutuhan tidak sepenuhnya bisa melengkapi.
Puskesmas ada di desa sebelah yang jaraknya sekitar 10Km. namun jangan harap bisa cepat sampai kelokasi, karena akses jalan sangat memprihatinkan. Jika ada ibu yang sedang hamil, harus hati-hati dengan goncangan kendaraan yang dia tumpangi. Maka sebab itu bidan atau perawat yang datang langsung ke Desa Belugili untuk memeriksakan kandungan si ibu hamil. Untuk angkutan umum, jangan harap bisa datang cepat atau berjalan cepat. Dalam sehari hanya 3-4 angkutan umum yang datang.
Semenjak berada di Flores aku jarang melihat keberadaan nyamuk sebanyak di Desa Belugili. Meskipun sebenarnya Flores wilayah endemik malaria tapi baru kali inilah aku melihat nyamuk yang luar biasa banyaknya. Kami tidur dengan kelambu dan harus sering-sering gunakan lotion anti nyamuk. Ini membuat kami malas beraktifitas dimalam hari.
Teman satu tim terkena malaria. Kami sibuk membawanya berobat. Entah harus kemana membawanya berobat. Untungnya tim kami percaya membawa mobil dinas Kodim Larantuka untuk operasional kami, sehingga kemanapun kami ingin berjalan dapat menggunakan fasilitas mobil tersebut. Pertama kali yang kami tuju untuk mengobati teman kami adalah membawanya ke Puskesmas Desa sebelah.
Saat membawanya berobat, jantung kami berdebar-debar, sama dengan ritme goncangan dindalam mobil . Ingin rasanya segera sampai, tapi tidak mungkin.
Sesampainya di Puskesmas, dokter langsung vonis temanku terserang Malaria. Harus segera dibawa kerumah sakit besar. Tanpa banyak tanya segera kami menerjang jalan yang lumayan jauh untuk ditempuh. Untungnya teman kami lihai membawa kendaraan, bahkan pernah mendapatkan penghargaan sebagai pengendara mobil terbaik se NTT.
Langsung tancap gas dan supir tidak memikirkan kami yang ada didalamnya. Sekarang temanku dirawat di RSUD Larantuka. Jauh dari kota Ende . Semoga kami semua sehat selalu dan mampu meneruskan misi dari Ekspedisi NKRI 2015. Buat Agus, segera sembuh ya….
Salam dari negeri Flores untuk masyarakat seluruh Indonesia.
Salam,
Lita Chan Lai
1 Response