Dengan Vaksin DBD, Tidak Ada Lagi Nyawa Hilang Sia-sia 

by

Halo Sobat Petualang Cantik,

Musim panas adalah masa dimana nyamuk akan lebih sering menggigit daripada saat musim hujan. Hal ini menyebabkan kekhawatiran kita semua dengan meningkatnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini membahayakan masyarakat terutama pada anak-anak.

Anak-anak cenderung lebih rentan terhadap DBD dibandingkan orang dewasa. Mereka mungkin mengalami gejala yang lebih parah dan memiliki risiko tinggi terkena komplikasi serius. Juga ketika anak-anak terkena DBD, mereka harus absen dari sekolah dan ini menghambat pendidikan mereka. 

Peluncuran  Kampanye Nasional Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) #Ayo3MplusVaksinDBD. 

Kebetulan pada hari Rabu 27, September 2023 Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan acara peluncuran  Kampanye Nasional Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan tema Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD. 

Dalam Kampanye ini, Kemenkes bekerjasama dengan perusahaan farmasi Takeda. Menurut data resmi dari Kemenkes, dari awal tahun sampai dengan pecan ke – 33 tahun 2023 telah tercatat 57.884 kasus demam berdarah dengue dengan 422 kematian yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. 

Sebab itulah kerjasama ini dilakukan. Jadi bukan hanya peran masyarakat yang ditingkatkan tetapi peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, penyusunan dan pelakasanaan terkait program koalisi bersama menuju 0 (zero) kematian akibat DBD. 

Ruang lingkup kerjasama Kemenkes dan Takeda meliputi sinkronisasi data (bridging) dengan Sistem Informasi Arbovirisis (SIARVI) serta peningkatan peran dan kerjasama penentu kebijakan di pusat dan daerah. 

Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes mengatakan bahwa pemerintah telah menetapkan target pengurangan angka kasus infeksi dengue dan menuju 0 kasus kematian pada tahun 2030 melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. 

 “Melalui Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue, kami telah menciptakan jejaring yang kuat antara para pemangku kepentingan untuk dapat mensukseskan target tersebut, dan pada hari ini melalui kemitraan publik-privat dengan Takeda, kami meluncurkan kampanye #Ayo3mplusVaksinDBD yang merupakan salah satu program penting untuk mendukung tujuan kami besar kami.” Ungkap Dr. Maxi Rein dalam laporannya. 

Dr. Maxi  juga menambahkan bahwa penanggulangan demam berdarah dengue di Indonesia adalah tantangan yang komplek. Dihimbau agar masyarakat bersama-sama dengan prinsip-prinsip 3M plus Vaksin mandiri DBD dapat mengatasi tantangan dan melindungi masa depan generasi mendatang.

Sesuai dengan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak fenomena El Nino diperkirakan akan terjadi dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2023. Seiring dengan terjadinya fenomena El Nino, suhu akan menjadi lebih hangat sehingga membuat nyamuk Aedes aegypti semakin mengganas. Bahkan frekuensi nyamuk menggigit bisa naik hingga 3-5 kali lipat saat suhu panas mencapai 30 derajat Celcius ke atas.

Gamze Yuceland, President, Growth & Emerging Markets, Takeda Pharmaceuticals International AG ,, mengatakan,”Takeda sangat mengapresiasi upaya pemerintah Indonesia dalam penanggulangan infeksi dengue, seperti yang tertuang dalam Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. 

Kami berkomitmen untuk menjadi mitra strategis dalam mewujudkan nol kematian akibat demam berdarah dengue di Indonesia pada tahun 2030. Kami juga bangga menjadi salah satu pendiri dari sektor inovator untuk KOBAR (Koalisi Bersama) Lawan Dengue, yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan RI dan Kaukus Kesehatan DPR RI pada pada 8 September yang lalu dan mengajak masyarakat untuk mengimplementasikan kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD.”

Pengendalian dengue, perlu untuk diperhatikan dan membutuhkan keterlibatan masyarakat secara aktif. Dengan adanya vaksin yang dapat diberikan tanpa melihat pengalaman demam berdarah dengue sebelumnya, diharapkan akan lebih banyak anak yang dapat terlindungi dari demam berdarah dengue. Selain tentunya bisa turut berperan dalam menurunkan tingkat rawat inap akibat demam berdarah dengue. 

Dalam rangkai acara peluncuran  Kampanye Nasional Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terdapat acara diskusi dan tanya jawab peserta dengan narasumber berikut dibawah ini :

  1. Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
  2. Prof. Dr. dr. Sri Rejeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Komunitas Dengue Indonesia
  3. Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
  4. Tika Bisono, Pemerhati DBD
  5. Andreas Gutknecht, General Manager Takeda Indonesia

Upaya Pemerintah Dalam Menangani DBD

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, mengajak kita semua untuk terus menggalakkan upaya 3M plus dan Vaksin DBD. Upaya ini juga mencakup pengendalian nyamuk dengan prinsip 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur), dan tindakan pecegahan lainnya untuk melawan penyakit ini. 

Pemerintah juga akan menguatkan pemberdayaan masyarakat dalam pemantauan vektor nyamuk dengan mengamati jentik di rumah lewat program Wokbachia. Program inovasi lainnya adalah pemberian vaksin demam berdarah Dengue (DBD). Vaksin ini telah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Agustus 2022. 

Pentingnya Vaksin DBD

Andreas Gutknecht, General Manager Takeda Innovative Medicines mengatakan bahwa vaksin DBD bukan vaksin musiman yang harus kita ambil setiap tahun.

Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia menjelaskan, “Selain anak-anak, orang dewasa juga terancam terkena demam berdarah dengue. Karena terbukti manfaatnya, Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah merekomendasikan vaksinasi demam berdarah juga diberikan pada orang dewasa sampai umur 45 tahun. Saat ini vaksinasi demam berdarah dengue dapat diberikan pada rentang umur 6-45 tahun sesuai dengan anjuran dari dokter”. 

Pengalaman Tika Bisono dan Keluarga Mengenai DBD

Lalu kemudian, Tika Bisono selaku Pemerhati Dengue berbagi pengalamannya terkait infeksi dengue, 16 tahun sudah (Juli, 2007) semenjak Tika Bisono dan keluarga kehilangan putri tercintanya, Janika Ramadhanti Putri Argeswara, karena infeksi dengue. Pengalaman duka mendalam inilah yang mengantarkan Tika Bisono, sejak tahun 2007, menjadi seorang DUTA perang untuk melawan penyakit tersebut dengan melakukan penyebaran kampanye tentang bahaya infeksi dengue. 

“Pengalaman tersebut sungguh telah membuat saya dan keluarga belajar untuk bisa lebih paham, siap dan waspada terhadap pencegahan dan penanganan infeksi dengue. Penantian 16 tahun (2007-2023) akan adanya vaksin DBD membuat kami amat bersyukur dengan telah hadirnya pencegahanan inovatif dengan vaksinasi yang telah direkomendasikan oleh asosiasi medis dan pemerintah sebagai pilihan mandiri” Tika menceritanya.  

“Hadirnya vaksinasi ini akan dapat membantu menurunkan angka keparahan dan kematian akibat infeksi dengue. Karenanya kami ingin senantiasa mengajak masyarakat untuk dapat memanfaatkan akses vaksinasi ini agar mendapatkan perlindungan yang komprehensif, yang tentunya dilakukan melalui konsultasi langsung ke dokter atau ahli medis. Kami bersama pemerintah RI dan Takeda sangat berharap agar masyarakat Indonesia dapat memaksimalkan kesempatan vaksinasi ini dan kami sangat mendukung Indonesia agar dapat mencapai tujuan kematian nol demam berdarah dengue atau Zero Dengue Death 2030 dengan kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD,” tutup Tika penuh semangat.

Penanganan Yang Harus di Perhatikan Terhadap DBD

“Di negara atau wilayah dengan penularan infeksi dengue yang tinggi, anak-anak cenderung paling banyak terkena dampaknya, walaupun papara pada usia dewasa muda saat ini juga meningkat. Namun, menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2022, pola kematian akibat dengue dominan di kelompok usia muda, yaitu 5-14 tahun (45%). Dengan demikian, upaya sosialisasi pengendalian vektor nyamuk dan vaksinasi dengue pada anak menjadi sangat penting sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui kegiatan edukasi pencegahan infeksi dengue kepada masyarakat. Kami juga mengapresiasi kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD sebagai langkah penting dalam meningkatkan kesadaran dan perlindungan terhadap infeksi dengue di Indonesia,” kata Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Komunitas Dengue Indonesia. 

Demam berdarah dengue merupakan salah satu ancaman kesehatan global di antara 10 penyakit lainnya yang telah ditetapkan oleh WHO pada awal tahun 2020 dan vaksinasi merupakan salah satu pilar strategi global penanggulangan dengue. Vaksinasi sebagai salah satu langkah pengendalian dengue, perlu untuk diperhatikan dan membutuhkan keterlibatan masyarakat secara aktif.

Dalam menekan angka kematian akibat DBD, penanganan yang cepat agar pasien tidak masuk fase kritis sangatlah penting. Prof. Sri rejeki mengingatkan bahwa tanda yang harus diwaspadai adalah demam tinggi selama 3 hari. “ Anak kalau sudah 3 hari diobati sendiri dirumah dan panasnya tidak turun, perlu pemeriksaan labotarium yang secara berkala bisa kita ketahui bahwa ini adalah demam berdarah atau bukan”, begitu kata Prof. Sri Rejeki.

Jadi penting sekali nih kita untuk menghitung tiga hari demam ini dengan teliti. Karena harus dihitung dengan jam dan waktu, agar tidak ada keterlambatan dalam menanganan medis. Fase kritis dari infeksi dengue biasanya terjadi setelah hari keempat gejala demam muncul. Pada saat tersebut, demam yang dialami pasien cenderung akan menurun. Kondisi tersebut justru yang perlu diwaspadai karena jika tidak ditangani dengan baik risiko kematian bisa terjadi. 

Masalah Vaksinasi adalah sebagai salah satu langkah pengendalian demam berdarah dengue. Kita sebagai masyarakat tentunya harus paham dan tahu pentingnya vaksin DBD dalam kehidupan kita.

Dengan adanya vaksin yang dapat diberikan tanpa melihat pengalaman infeksi demam berdarah dengue sebelumnya, diharapkan akan lebih banyak masyarakat dan anak-anak yang dapat terlindungi dari infeksi demam berdarah dengue ini. Tidak ada lagi nyawa yang hilang dengan sia-sia akibat DBD. 

Demikian ulasan acara peluncuran  Kampanye Nasional Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan tema Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD. Semoga banyak yang teredukasi. Terima kasih.

 

Salam Cantik,

 

Lita Chan Lai

 

C – ANPRON/ID/QDE/0239 | Oct 2023

 

2 Responses
  • rahma ahmad
    November 3, 2023

    Kemaren pas acara itu baru tahu kalau ada vaksin DBD. Dan emang dah perlu bgt sepertinya. Semoga vaksinnya bisa murah kalau perlu bisa gratis

  • Andini
    November 3, 2023

    Menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan adl koentji mencegah DBD yaa mba, apalagi skrg ada vaksinnya semoga bisa membantu menurunkan angka DBD di Indonesia yaa

What do you think?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *